Absurd tapi Seru: Kau Menyebut Namaku Pelan, Dan Seluruh Dunia Berhenti Sejenak

Kau Menyebut Namaku Pelan, dan Seluruh Dunia Berhenti Sejenak

Lentera-lentera mengapung di permukaan Sungai Lupa, cahayanya menari-nari seperti kunang-kunang yang tersesat. Di Dunia Roh, setiap lentera adalah kenangan yang belum sepenuhnya hilang. Bayangan-bayangan berbicara di balik pepohonan berbisik, menceritakan kisah yang terukir di kulit kayu dan dihembuskan angin malam. Bulan – sang saksi bisu – mengingat setiap nama yang pernah diucapkan dengan cinta, benci, atau penyesalan.

Aku terbangun di sini tanpa ingatan. Namaku? Sebuah gumaman yang nyaris tak terdengar. Wajahku? Pantulan buram di air keruh. Aku hanya tahu satu hal: aku merasa terikat pada dunia ini, meskipun tidak tahu mengapa.

Dunia Roh adalah cermin bengkok dari Dunia Manusia. Di sana, di antara keramaian kota megah dan kesunyian desa terpencil, aku melihat fragmen-fragmen masa lalu. Kilasan pesta dansa di istana berkilauan, desiran sutra di gaun merah, dan... tatapan mata seseorang yang terasa begitu familiar, meskipun aku tidak bisa mengingat siapa dia.

Pria itu bernama Li Wei. Dia seorang tabib kerajaan, dikenal karena ramuannya yang dapat menyembuhkan segala penyakit. Tapi matanya menyimpan kesedihan yang dalam, dan setiap kali dia menatapku, seolah dia melihat hantu masa lalu.

"Kau mengingatkanku pada seseorang," katanya suatu malam, di bawah cahaya bulan yang pucat. "Seseorang yang aku cintai lebih dari hidupku sendiri."

Namun, bayangan di belakangnya menari dengan cara yang aneh. Bukan bayangan yang setia, melainkan peniru yang licik.

Aku terus mencari jawaban. Mengunjungi perpustakaan kuno di Dunia Roh, berbicara dengan roh-roh penjaga yang berpengetahuan luas, dan menelusuri jejak kenangan yang tercecer. Semakin dalam aku mencari, semakin jelas rahasia itu:

Kematianku di Dunia Manusia bukanlah akhir. Itu adalah AWAL. Sebuah takdir yang telah diatur, sebuah manipulasi skala kosmik.

Ternyata, aku adalah Putri Lan, pewaris takhta Kerajaan Bulan Sabit. Aku mati diracun oleh seseorang yang menginginkan kekuasaanku. Seseorang yang mengkhianatiku dengan senyuman manis dan bisikan lembut.

Li Wei, tabib yang menyimpan kesedihan di matanya, bukanlah kekasihku di masa lalu. Dia adalah pelindungku, pelindung yang gagal. Bayangan yang menari di belakangnya? Itu adalah roh jahat yang mengendalikan takdirnya, memaksanya untuk menjadi pion dalam permainan yang lebih besar.

Roh jahat itu, namanya Yu Meng, adalah dalang di balik segalanya. Dialah yang meracuniku, dialah yang menghapus ingatanku, dialah yang mencoba menjebakku dalam siklus reinkarnasi yang tak berujung. Dia menginginkan kekuatan Kerajaan Bulan Sabit, dan aku adalah kunci untuk mendapatkannya.

Pertarungan pun terjadi. Di antara lentera yang menyala dan bayangan yang berbicara, aku menghadapi Yu Meng. Aku menggunakan setiap kenangan yang berhasil kutemukan, setiap perasaan yang masih tersisa, untuk melawannya.

Dan di saat-saat terakhir, ketika dia mencoba mencuri jiwaku, Li Wei membebaskan diri dari kendalinya. Dia mengorbankan dirinya untuk melindungiku, menebus kegagalannya di masa lalu.

Yu Meng meraung marah, sebelum akhirnya lenyap menjadi debu.

Aku berdiri di sana, di tengah reruntuhan takdir yang hancur, akhirnya mengerti. Cinta sejati bukanlah kepemilikan, melainkan pengorbanan. Dan manipulasi takdir selalu akan gagal di hadapan kehendak bebas.

Aku berbalik, menatap langit yang dipenuhi bintang. Bulan bersinar terang, seolah mengingat setiap detil kejadian ini. Aku berbisik, "Bukanlah kenangan, melainkan Pilihan."

Dan dalam keheningan malam, satu kalimat menggantung di udara, seperti mantra:

Dengan darah dan air mata, takdir akan ditulis ulang, dan cinta sejati akan menemukan jalannya... SELALU!

You Might Also Like: Rahasia Moisturizer Tamarind Untuk

OlderNewest

Post a Comment