Langit kota malam ini, kelabu dan buram, persis seperti kenangan tentangmu. Dulu, di balkon apartemen ini, kita berjanji akan menaklukkan dunia bersama. BERSAMA. Kata itu kini terasa seperti pecahan kaca, menusuk relung hatiku setiap kali kuingat.
Kau ingat, Jing? Saat kita masih muda, ambisi kita membara seperti api unggun. Kau, si gadis desa yang bermimpi menjadi arsitek ternama, dan aku, si pemuda kota yang ingin mengguncang dunia hiburan. Kita saling mendukung, saling menyemangati. Kau selalu bilang, "Kamu punya bakat, Li Wei! Jangan pernah menyerah!"
Tapi, takdir seringkali mempermainkan kita. Atau mungkin, aku yang terlalu bodoh. Aku dibutakan oleh gemerlapnya kota, oleh tawaran yang menggiurkan, oleh janji-janji palsu kesuksesan instan. Aku meninggalkanmu, Jing. Aku melupakan janjiku. Aku memilih jalan pintas yang dilapisi emas, tapi berujung pada kekosongan.
Malam ini, di balkon yang sama, aku menatap gedung-gedung pencakar langit yang menjulang angkuh. Tiap lampu yang berkelip terasa seperti sindiran. Aku melihat siluetmu di antara bintang-bintang yang redup. Bayanganmu yang selalu tersenyum, penuh harapan, kini berubah menjadi tatapan kecewa yang menghantuiku.
Dulu, aku mengira kau akan marah, membenciku. Tapi, yang kudapatkan hanya surat perpisahan singkat, tanpa celaan, tanpa umpatan. Hanya ada satu kalimat: "Semoga kamu bahagia, Li Wei. Aku tahu kamu akan sukses."
Sukses? SUKSES macam apa ini, Jing? Aku dikelilingi harta, tapi hatiku kosong. Aku mendapatkan pujian, tapi telingaku hanya mendengar suaramu yang hilang. Aku menaklukkan dunia, tapi kehilangan DUNIAKU.
Kau tahu, Jing? Setelah kau pergi, aku berusaha mencarimu. Aku menyewa detektif, menghubungi teman-temanmu, bahkan mendatangi desa tempat kau dilahirkan. Tapi, kau menghilang bagai ditelan bumi. Hingga suatu hari, aku membaca berita tentang seorang arsitek muda yang memenangkan penghargaan bergengsi dengan rancangan ramah lingkungan yang luar biasa. Namanya? Jing Yi.
Hatiku berdebar kencang, berharap itu adalah dirimu. Aku mencari fotomu, dan JEGER! Benar. Itu adalah dirimu. Lebih cantik, lebih dewasa, dan... lebih bahagia?
Malam ini, aku tahu, kau telah meraih mimpimu. Kau menjadi arsitek ternama, seperti yang kau inginkan. Sementara aku? Aku terperangkap dalam dunia yang aku ciptakan sendiri, dunia yang tanpa dirimu terasa hampa.
Seharusnya aku bangga padamu, Jing. Seharusnya aku berbahagia untukmu. Tapi, entah mengapa, ada bisikan jahat dalam hatiku. Bisikan tentang KETIDAKADILAN. Tentang janji yang dilanggar. Tentang cinta yang terlambat.
Beberapa waktu lalu, perusahaan tempatku bernaung mengajukan penawaran untuk membeli perusahaan arsitekturmu. Tujuannya? Melenyapkanmu dari peta persaingan. Aku tahu. Aku tahu segalanya. Dan aku, dengan senang hati, menyetujui rencana itu. Bukan karena bisnis, Jing. Bukan karena uang. Tapi, karena…
Mungkin, takdir punya cara sendiri untuk menuntut balas. Kau merebut mimpimu, dan aku akan merebut kebahagiaanmu. Kita lihat saja, siapa yang akan tertawa terakhir.
Senyum yang menghilang dari bibirmu akan menjadi bayangan di langit kotaku, sepadan dengan senyum yang hilang dari bibirku dulu.
You Might Also Like: 108 Tokenisation Blockchain Kfw
Post a Comment