Aku Menolak Takdir, Tapi Tak Bisa Menolak Namamu di Pikiranku
Malam itu, salju turun seperti tirai perak yang memisahkan dunia dari mimpi buruk. Di atas hamparan putih yang ternoda darah, berdiri Lan, punggungnya tegak meski hatinya remuk redam. Dupa cendana mengepul di kuil usang, aromanya pahit seperti kenangan yang membelitnya. Di hadapannya, berlutut seorang pria—Li Wei, pria yang dicintainya, pria yang juga menjadi kutukannya.
"Mengapa, Lan? Mengapa kau melakukan ini?" suara Li Wei parau, nyaris hilang ditelan angin dingin.
Lan tidak menjawab. Matanya, sekelam malam tanpa bintang, menatap tajam ke arah Li Wei. "Kau bertanya mengapa? Tanyakan pada dirimu sendiri, Li Wei. Tanyakan pada DARAH yang mengalir di nadimu, darah yang sama yang menodai kehormatan keluargaku!"
Dulu, mereka adalah dua anak manusia yang terikat oleh janji di bawah pohon sakura yang bermekaran. Lan, putri dari keluarga bangsawan yang dihormati, dan Li Wei, anak seorang kepala pelayan yang cerdas dan berani. Mereka saling mencintai dengan polos, tanpa menyadari bahwa takdir memiliki rencana kejam bagi mereka.
Namun, kebahagiaan itu sirna ketika rahasia lama terkuak. Keluarga Li Wei ternyata bertanggung jawab atas pembantaian keluarga Lan bertahun-tahun lalu, sebuah pengkhianatan yang meninggalkan luka menganga di hati Lan dan menghancurkan semua yang dia percaya.
Cinta berubah menjadi kebencian. Janji manis menjadi sumpah balas dendam. Lan menghilang, melatih diri menjadi pembunuh bayaran yang mematikan, hanya dengan satu tujuan: menghancurkan Li Wei dan semua yang dia cintai.
Sekarang, malam itu, di tengah salju yang berlumuran darah, Lan akhirnya berhasil. Li Wei berlutut di hadapannya, kalah. Namun, kemenangan ini terasa pahit. Setiap tetes darah yang tumpah terasa seperti luka baru di hatinya.
"Aku mencintaimu, Lan," bisik Li Wei, air mata membeku di pipinya.
Lan tertawa dingin. "Cinta? Kau pikir aku akan percaya pada cinta setelah semua yang kau lakukan? Cinta adalah kebohongan, Li Wei. Cinta adalah ABU di antara jari-jariku!"
Lan mengangkat pedangnya, cahaya bulan memantul dari bilahnya yang tajam. Li Wei menutup matanya, menerima takdirnya. Namun, Lan tidak membunuhnya.
Dia menurunkan pedangnya dan membuangnya ke salju. "Aku tidak akan membunuhmu, Li Wei. Kematian terlalu mudah. Kau akan hidup, dan kau akan merasakan sakitnya kehilangan, sakitnya mengetahui bahwa kau tidak akan pernah bisa memiliki aku. Kau akan hidup dengan bayangan kehancuran yang disebabkan oleh keluargamu, selamanya."
Lan berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Li Wei di sana, sendirian di tengah salju yang membeku. Balas dendamnya bukan darah, bukan kematian, melainkan KEHANCURAN JIWA yang abadi.
Sebelum Lan menghilang di balik tabir salju, dia berbisik, nyaris tak terdengar, "Kau akan selalu mencariku, Li Wei... dan aku akan selalu MENJAUHMU."
Malam itu, dunia terasa berhenti berputar, dan angin membawa bisikan yang menusuk tulang: "Tapi... aku juga tidak bisa melupakanmu."
You Might Also Like: Chem Pre Lab 1 Set Of Images
Post a Comment